Persiapkan Re-Akreditasi Sejak Dini, LPM UIN Sunan Kalijaga adakan Workshop
Ketua LPM dan para narasumber saat mempresentasikan makalahnya
Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Sunan Kalijaga, Senin, 12/2/18 menyelenggarakan Workshop Penyusunan Borang Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) dalam rangka menuju UIN Sunan Kalijaga yang Terakreditasi Unggul di Lantai 1 Gedung Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, 12/2/18.
Utik Bidayati S.E., M.M., Ketua LPM Universitas Ahmad Dahlan yang didapuk sebagai narasumber menyampaikan pengalamannya bagaimana UAD bisa “Naik Kelas” dari Akreditasi B menjadi A.
Selain itu Utik juga memaparkan bahwa peran audit mutu internal Perguruan tinggi sangat berpengaruh terhadap kesiapan data untuk mendukung borang. Sehingga diharapkan bisa memacu para dosen untuk meningkatkan penelitian aplikatif, membuat karya-karya unggulan, publikasi, peningkatan haki, implementasi kerja sama, dan program-program khas yang tidak dimiliki Perguruan Tinggi lain.
Acara ini dihadiri oleh tim penyusun borang re-akreditasi UIN Sunan Kalijaga dan peserta dari Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) PTKI seluruh Indonesia.
Selasai workshop, Lembaga Penjaminan Mutu UIN Sunan Kalijaga mengadakan Rapat Koordinasi Percepatan PTKI menjadi Unggul, ditempat yang sama yang dihadiri oleh peserta dari LPM PTKIN seluruh Indonesia.
Forum ini selain diisi dialog pengelolaan PT juga diisi materi oleh Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag., sebagai narasumber. Dalam paparannya Prof. Sutrisno menyampaikan bahwa era revolusi industri 4.0 (four point zero) disebut sebagai era disrupsi. Ditandai dengan perubahan yang sangat cepat dan didukung dengan pentingnya pemahaman teknologi informasi.
Tantangan PTKIN tidak hanya MEA (kompetisi global dan era disrupsi), tetapi juga menuntut SDM unggul yang kreatif dan inovatif.
PTKIN harus mensikapinya dengan perjuangan keras, jangan hanya menuntut anggaran yang mudah dari pemerintah. Tetapi harus mampu menciptakan peluang-peluang anggaran dari jejaring kerja sama. Tantangan susahnya membuka prodi-prodi baru yang match di pasaran tenaga kerja, bisa disikapi dengan konversi prodi agar bisa lebih konsen memberikan pembelajaran yang efektif untuk melahirkan lulusan yg unggul. Sehingga mampu bersaing dengan PT. asing yang dengan mudah membuka prodi-prodi baru.
PT swasta di Indonesia bisa dengan cepat mensikapi contohnya di Jawa Timur. Banyak PT swasta di sana yg dg cepat memperoleh akreditasi A karena terobosan-terobosan yang dilakukan. Oleh karena itu PTKIN harus memacu diri kalau tidak akan kalah saing dengan swasta. (Weni/Doni)