Tadarus Puisi Teater Eska Tampilkan Konsep Sedulur Papat Limo Pancer
Penampilan Teater Eska dalam Pementasan Tadarus Puisi "Pancering Penjuru"
“Kau ambil semua dariku, dengan memberi kekosongan.
Pada setiap dunia yang kubayangkan baik-baik saja.
Ketika aku memilih tidur, kau bangunkan aku dengan nasib buruk.
Ketika aku memilih dengan iblis, kau perangi aku dengan iman orang-orang buta.
Maka perang tidak patut dibalas dengan perang, bathil layak berbalas bijak.
Izinkan bajik tertuang dalam tadarus puisi, tempat bertemunya 4 bersaudara yang lahir dalam waktu bersamaan
dalam wujud dan tempat yang berbeda……” (Teater Eska)
Demikian penggalan puisi dari UKM Teater ESKA dalam gelaran Tadarus Puisi XXII yang bertajuk Pancering Penjuru di Gelanggang Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Minggu (19/5). Pentas yang digelar setiap bulan ramadhan ini sangat berbeda dibanding dengan pentas-pentas sebelumnya. Karena pentas kali ini, masih merupakan rangkaian dari proses pentas produksi ke-34 yang akan diselenggarakan akhir tahun 2019. Meski demikian, garapan anak-anak Teater ESKA dalam pertunjukan kali ini dikemas apik dan menakjubkan karena membawa pesan yang cukup bermakna bagi kehidupan manusia di alam semesta.
Menurut ketua UKM Teater Eska, Miladia Nur Aini, sebelumnya pentas teater 'Penjuru Khayali' yang diselenggarakan pada 5 April 2019 lalu merupakan rangkaian awal proses pentas produksi yang mengangkat isu krisis lingkungan yang berfokus pada kajian dengan memahami urutan terjadinya kerusakan alam.
“Dengan isu yang sama, pentas Tadarus Puisi kali ini lebih fokus pada kajian bagaimana mengembalikan ekosistem alam yang rusak akibat sikap eksploitatif manusia. Dimana kurang memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya, semua sumber alam dibabat habis nyaris tak tersisa,” lanjutnya.
Dalam konsep pengembalian ekosistem, pentas Tadarus Puisi sengaja menampilkan konsep sedulur papat limo pancer dari Sunan Kalijaga. Intinya adalah manusia menganggap alam sebagai saudara, maka kerusakan yang terjadi terhadap alam dirasakan pula oleh manusia.Dengan kata lain, bila alam dan seisi bumi tak dijaga kelestariannya hidup manusia akan tersiksa.
Pementasan ini digarap secara serius dan profesional oleh Teater Eska, apalagi cerita yang mereka suguhkan mengandung makna yang cukup dalam, sehingga mengundang decak kagum penonton. Acara ini sekaligus menjadi kritik bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali, khususnya bagi mereka yang kurang peduli terhadap lingkungan yang ada disekelilingnya.Padahal kerusakan alam disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, maka melalui pementasan ini diharapkan manusia sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan yang ada di sekitarnya. Semoga bisa mengembalikan atau setidaknya bisa mengingatkan manusia untuk melakukan pembenahan atas apa yang telah dilakukan terhadap alam. (Nurul)