Dari Desa untuk Indonesia : Menjadikan Kerajinan Tembaga sebagai Sumber Daya
Foto bersama setelah dialog interaktif dengan pengrajin tembaga Pedukuhan Blimbing, Senin (20/8)
Dalam rangka penguatan ekonomi kreatif, (KKN) Angkatan 96 UIN Sunan Kalijaga, dengan dosen pembimbing lapangan (DPL) Didik Krisdiyanto menyelenggarakan dialog interaktif bersama warga yang bertujuan untuk melihat, mendengar dan merasakan secara langsung segala keluh-kesah yang dihadapi pengrajin tembaga Pedukuhan Blimbing, Desa Planjan. Agenda dialog interaktif yang mengangkat tema “Arah dan Masa Depan Pengrajin Tembaga di Tengah Arus Persaingan Industri Modern.” menghadirkan Harwoto (Perwakilan Forum CSR/ Kessos DIY) dan Ibu Yani Sapto Hudoyo (Art Gallery Sapto Hoedojo) ini berlangsung di Balai Pertemuan Warga Pedukuhan Blimbing, Senin, 20/8/18 lalu.
Menurut Didik Kristianto, dipilihnya dua narasumber ini dinilai sangat berpengalaman dalam melakukan pendekatan dan pembimbingan kepada masyarakat desa di wilayah DIY, dalam rangka melepaskan mereka dari jerat kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi kreatif.
“Pak Harwoto terjun langsung, memaparkan materi-materi pelatihan dan menyapa dengan persuasif warga setempat. Sementara itu, bu Yani juga menjelaskan dengan sabar bagaimana membentuk jaringan pemasaran yang efektif bersama dia, sehingga karya karya masyarakat bisa memiliki nilai seni dan nilai jual yang tinggi melalui Art Gallery Sapto Hoedojo yang dikelolanya,” kata Didik.
Sementara peran para mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga adalah terus melakukan pendampingan kepada masyarakat pengrajin tembaga di wilayah ini, hingga terbentuk kelompok kelompok pengrajin tembaga yang bisa melahirkan karya-karya kerajinan yang bernilai seni tinggi dan berdaya saing tinggi yang bisa tembus di pasar nasional hingga internasional, tambah Didik.
Poniran selaku Kepala Dukuh Blimbing sangat respek terhadap upaya yang dilakukan para mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga dan Narasumber yang sudah menginisiasi program inovatif ini. Poniran juga memberikan dukungan kepada warganya agar lebih bersemangat membangun ekonomi kreatif melalui pilar industri kerajinan tembaga yang merupakan salah satu sumber daya potensial di Pedukuhan Blimbing, Planjan, Saptosari.
Melalui sharing session, masyarakat tidak merasa sungkan dan canggung menceritakan kendala dan tantangan apa saja yang selama ini menjadi penghalang kesuksesan mereka. Karena mereka memang banyak berharap untuk bisa memperoleh kehidupan yang lebih mapan.
“Kejujuran dan keterbukaan masyarakat inilah yang memang kami butuhkan agar dapat memberikan tindakan dan jalan keluar yang tepat dari permasalahan yang ada,” tegas Bapak Harwoto. Harwoto juga berharap kegiatan ini bisa melahirkan nilai saling asih dan asuh demi terciptanya pemberdayaan masyarakat yang sejahtera.
Melalui program ini, selaku DPL Didik berharap para pengrajin untuk dapat melunakkan hati, bisa lebih percaya diri serta bangga dengan kekayaan dan potensi daerah sendiri. Menurut Didik, kegiatan KKN UIN Sunan Kalijaga didukung oleh PT. Astra International melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengusung empat pilar; pilar hijau, pilar sehat, pilar sejahtera, dan pilar pintar, melalui pendidikan menuju pemberdayaan.
Melalui dukungan PT. Astra International ini Didik berharap program-program KKN UIN Sunan Kalijaga bisa berlanjut menjadi program meberdayakan pengrajin tembaga melalui pendidikan keterampilan yang profesional yang sinergis dengan jaringan pemasaran yang kuat, sehingga bisa benar-benar mewujudkan masyarakat yang berdaya dan sejahtera.
Di sisi lain, Yani Sapto Hudoyo meminta agar para pengarajin tembaga mampu melakukan inovasi dan kreasi di tengah arus persaingan industri yang sangat kompetitif. Juga berkompetisi secara sehat. Pihaknya berjanji akan membantu mempromosikan hasil kerajinan tembaga melalui Art Gallery Sapto Hoedojo dan jaringan pemasaran (channel) baik di tingkat nasional maupun internasional yang dia punya.
Didik berharap, pemerintah daerah dan pusat melalui Kementerian Koperasi dan UMKM bisa ikut campur tangan memberikan modal usaha secara proporsional sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan bantuan peralatan finishing untuk meningkatkan kualitas nilai jual produk. Juga bisa membimbing masyarakat desa untuk medirikan koperasi bagi para pengrajin agar dapat mengelola kegiatan produksi dan operasional secara mandiri. (Weni)