Saresehan Harlah Dharma Wanita Persatuan (Nasional) ke-25 : Menghadapi Tantangan Global

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-25 Dharma Wanita Persatuan (DWP) dan Hari Ibu Tahun 2024, DWP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar sarasehan pada Senin (23/12/2024) di Ruang Rapat Gedung Pusat Administrasi Umum (PAU) Lantai 1, Kampus UIN Sunan Kalijaga. Kegiatan mengusung tema “Menghadapi Tantangan Global dalam Pendidikan Keluarga, Orangtua Berdaya, Anak Berjaya” dihadiri oleh Kepala Biro Administrasi Umum dan Keungan UIN Sunan Kalijaga, Dr. Ali Sodiq; Penasihat DWP. Ny. Malik Madani dan Ny, Amin Abudllah, serta perwakilan dari DWP Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kanwil,

Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Sunan Kalijaga, Prof. Euis Noorhaidi Hasan, menegaskan bahwa DWP merupakan lembaga strategis yang menjadi wadah pemberdayaan sebagai perempuan, ibu, individu, dan manusia. Melalui DWP, anggota tidak hanya terberdayakan, tetapi juga memiliki peran aktif dalam memberdayakan orang lain. Dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-25 DWP, Prof. Euis mengajak seluruh anggota untuk terus berjuang merealisasikan tujuan organisasi demi memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Prof. Euis mengungkapkan bahwa perempuan, sebagai ibu, istri, memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam lingkungan keluarga, perempuan berkolaborasi dengan laki-laki untuk mewujudkan kebahagiaan, menciptakan keluarga sakinah, damai, dan sejahtera, serta mengarahkan anak-anak menuju kehidupan yang lebih baik. “Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tatanan sosial yang lebih besar.

Baca Juga:Ketua DWP UIN Sunan Kalijaga, Prof. Euis Lepas Kepemimpinan Dr. Ro’fah Almakin Penuh Haru

Berkaitan dengan tema yang diusung, Figur yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum juga menyinggung berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk menghadapi isu-isu di era globalisasi, meliputi pendekatan sosiologi, antropologi, gender, dan psikologi. Dengan demikian, ia berharap forum ini mampu merefresh pemahaman tentang kehidupan serta mendorong semua pihak untuk berkontribusi positif dalam keluarga dan pemberdayaan masyarakat secara luas. “Selamat Hari Ibu kepada seluruh Ibu, selamat Hari Ulang Tahun ke-25 Dharma Wanita Persatuan. Feminisme tidak menafikan peran laki-laki. Kita membutuhkan kolaborasi dengan laki-laki untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam keluarga, berbangsa, dan bernegara” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. Ali Sodiq, mengungkapkan harapan agar DWP mampu mencapai tujuan organisasi yang telah dirancang. Dalam nuansa Hari Ibu, Ia juga memberikan penghormatan atas tidak terkiranya peran seorang Ibu “Selamat Hari Ibu, kita semua dilahirkan dari rahim ibu yang penuh kasih, tidak ada yang bisa menandingi cita rasa masakan seorang ibu” ungkapnya. Ia juga menyampaikan bahwa DWP UIN Sunakan Kalijaga memiliki potensi dan aset yang luar biasa untuk dikembangkan. Universitas siap mendukung program pemberdayaan tersebut agar dampak positifnya dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Dr. Muqowim, M.Ag., dalam kapasitasnya sebagai narasumber memaparkan sejumlah prinsip dasar dalam mencapai kebahagiaan dan keberdayaan individu. Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga langkah utama untuk mencapai kebahagiaan, diantaranya: berbaik sangka, karena realitas di sekitar pada dasarnya bersifat netral, sementara yang memengaruhi persepsi kita adalah cara pandang terhadap realitas tersebut. Hal lainnya adalah melaksanakan setiap aktivitas dengan totalitas, serta memiliki hubungan baik dengan siapapun.

Lebih lanjut, Dr. Muqowim menekankan bahwa keberdayaan seseorang terletak pada energi positif yang dimiliki serta karakter kuat yang melekat pada dirinya. Kejayaan, menurutnya, merupakan manifestasi dari karakter unggul yang ditunjukkan melalui setiap peran yang dijalankan. "Yang akan menjadi penyelamat bukanlah sekadar konsep, melainkan jejak karakter yang kita tinggalkan," ungkapnya. Namun demikian, ia menekankan bahwasanya berdaya tidak cukup hanya dengan usaha sendiri, tetapi membutuhkan sinergi, komunikasi, dan kolaborasi.

Dalam konteks menjadi individu yang tercerahkan, Dr. Muqowim menekankan pentingnya kesadaran profetik yang mencakup tiga aspek utama: humanisasi, emansipasi, dan transendensi. Lebih lanjut, Figur yang juga Pengasuh Rumah Kearifan tersebut menyinggung hal berharga berupa kualitas utama yang diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu kedamaian, cinta, kebahagiaan, keberdayaan, serta ketulusan dan keikhlasan. Kelima kualitas ini, menurutnya, bersifat dinamis dan bergantung pada upaya manusia untuk menghidupkannya dalam keseharian.

Dr. Muqowim dalam penjelasannya lebih lanjut, menekankan pentingnya pembentukan karakter sejak usia dini, terutama dalam enam tahun pertama kehidupan seorang anak. Menurutnya, meskipun setiap anak dilahirkan dengan potensi genius, lingkungan sekitar, termasuk orang tua, memiliki peran besar dalam mempengaruhi perkembangan karakter anak. "Sekitar 80 persen karakter manusia terbentuk pada usia ini," ujarnya. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan karakter kepada anak, diantaranya kerja keras, kelincahan, menghargai, dan proaktif yang dapat membantu mereka mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam hidup. Karena itu, terdapat beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk memastikan anak tumbuh dengan sehat, antara lain: dicintai, dimengerti, dihargai, diberi kesempatan untuk melihat kelebihan mereka, dan merasa aman.

Selain itu, Figur yang juga merupakan Konsultan Pendidikan, dalam konteks pendidikan menggarisbawahi pentingnya kurikulum yang fokus pada deep learning yang melibatkan mindful, meaningful, dan joyful learning yang tidak hanya mengutamakan pengetahuan di permukaan (surface learning), Ini menjadi penting, salah satunya karena dampak negatif dari perkembangan teknologi, terutama fenomena FOMO (Fear of Missing Out), gangguan kepribadian narsistik, serta kebiasaan mengintip status orang lain di media sosial dapat menimbulkan rasa iri, bahkan mendorong fenomena pansos. Menjadi tugas bersama untuk meminimalisir dampak negatif dari perkembangkan teknologi yang tidak terbendung dan mengkonversinya sebagai peluang.

“Kita bebas memilih drama, tetapi kita tidak bebas memilih karma, Karena karma yang kita dapatkan tergantung pada drama yang kita mainkan. Hidup adalah pilihan.” Pungkasnya. (tim humas)