Rektor UIN Sunan Kalijaga Berkomitmen Tingkatkan Daya Saing Universitas dan Tata Kelola yang Bersih
Usai mempimpin Upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D., menggelar audiensi dengan delegasi Dewan Mahasiswa (DEMA) di lobi Lantai I Gedung Pusat Administrasi Umum (PAU) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dalam audiensi tersebut, Prof. Noorhaidi menyampaikan salah satu tugas besar yang harus diwujudkan adalah menjadikan UIN Sunan Kalijaga sebagai destinasi utama bagi lulusan sekolah menengah atas untuk melanjutkan studi dan mempercayakan masa depannya. Untuk mencapai visi tersebut, universitas harus terus berbenah agar memiliki daya saing, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, keterampilan, maupun etika. Kurikulum juga perlu diperbarui agar lulusan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan lapangan kerja saat ini, seperti big data dan teknologi terkait lainnya.
Lulusan Leiden University ini juga menekankan pentingnya riset dan pengabdian kepada masyarakat. Ada tiga fokus utama yang harus dikembangkan: peningkatan pengetahuan Mahasiswa, persiapan keterampilan untuk menghadapi dunia yang terus berubah, serta pembentukan perilaku dan etika yang berintegritas dan jujur. Selain itu, tata kelola universitas harus transparan, bersih dari korupsi, efektif dan efisien, serta memberikan keadilan dan kenyamanan bagi semua pihak.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Noorhaidi juga membagikan pengalaman pribadinya saat menempuh studi Doktoral di Belanda. Beliau menuturkan bagaimana dirinya menghadapi tantangan akademik di kelas dunia, termasuk harus berjuang sendirian selama 11 bulan sebelum istrinya menyusul dengan beasiswa, sementara anak mereka masih kecil. Kerjasama dalam mengurus anak di tengah kesibukan studi menjadi salah satu cara mengatasi kesulitan tersebut.
Sosok yang mengenyam Pendidikan Doktoral di Negeri Kincir Angin tersebut mengenang masa-masa bekerja hingga larut malam di gedung tua yang dibangun pada tahun 1500-an dan bersepeda kembali ke apartemen hingga jam 11 malam. Kemandirian dan kerja keras yang dijalani bersama istri selama studi di Belanda berbuah manis dengan predikat cumlaude, yang sangat sulit diraih di universitas tersebut. Prof. Noorhaidi menjadi orang Indonesia kedua yang meraih predikat cumlaude di Belanda, dengan tiga gelar akademik yang diperolehnya, yaitu M.A., M.Phil., dan Ph.D.
Setelah menyelesaikan studi, Prof. Noorhaidi melanjutkan program postdoctoral selama dua tahun di National University of Singapore. Beliau kembali ke Indonesia pada tahun 2011 setelah 13 tahun di luar negeri, dan menjabat sebagai Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. Empat tahun kemudian, beliau menjadi Direktur Pascasarjana di kampus yang sama, sebelum menjadi Dekan di Universitas Islam Internasional Indonesia. Saat ini, beliau kembali mengabdi di UIN Sunan Kalijaga sebagai Rektor.
Sebagai Rektor, menurutnya mengemban tugas berat untuk menerjemahkan pesan Menteri Agama mengenai tata kelola kampus dan meningkatkan daya saing universitas. Civitas akademika diharapkan aktif berkontribusi dan terlibat dalam merespon isu-isu keragaman, kerukunan, moderasi, dan berbagai isu penting lainnya melalui artikel, opini, dan tulisan ilmiah lainnya. Beliau kilas balik bagaimana sulitnya hidup pada masa lalu, yang mengharuskan beliau untuk menulis artikel dan resensi guna mendapatkan tambahan finansial. Menurut beliau, kegiatan kreatif semacam itu saat ini sudah mulai hilang. Diskusi yang membahas isu-isu ke-Islaman yang dulu banyak dijumpai di selasar masjid kini juga semakin jarang terlihat.
Prof. Noorhaidi juga menyinggung pentingnya internasionalisasi. Salah satu pencapaiannya sebagai Dekan di Pascasarjana UIII adalah menciptakan tiga program double degree, salah satunya dengan SOAS University of London.
Terkait dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT), Prof. Noorhaidi menjelaskan bahwa sebagai kampus dengan status Badan Layanan Umum (BLU), UIN Sunan Kalijaga didorong untuk semakin mandiri. Namun, beliau menegaskan bahwa dana UKT harus kembali kepada Mahasiswa, Dosen, dan Tenaga Kependidikan, bukan hanya dinikmati oleh para pejabat. Sebagai Rektor, beliau menegaskan bahwa jabatan tersebut bukanlah sarana untuk menambah pundi-pundi rupiah, karena secara ekonomi, beliau dan istrinya sebagai Guru Besar sudah mencukupi. Namun demikian, UIN Sunan Kalijaga tetap harus diingat sebagai kampus rakyat. Beliau menegaskan bahwa tanpa UIN, mungkin beliau tidak akan pernah mengantongi gelar sarjana karena keterbatasan ekonomi.
Audiensi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Reval, Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, menyambut baik forum tersebut. Menurutnya, kegiatan ini adalah hal yang dirindukan dan menjadi angin segar bagi Mahasiswa. Ia berharap Rektor baru dapat membawa semangat baru bagi semua pihak. Reval juga menyoroti pentingnya internasionalisasi, yang meskipun sudah banyak dilakukan di FEBI, namun belum dibarengi dengan kebijakan yang baik. International Office, menurutnya, juga belum terstruktur dengan baik.
Selain itu, Reval menekankan pentingnya kesesuaian antara biaya UKT dengan manfaat yang diterima Mahasiswa, baik dari segi fasilitas maupun mutu akademik. Ia juga menyoroti kurangnya informasi terkait akademik, seperti pengurusan tugas akhir yang tidak diinformasikan secara maksimal. Masalah UKT juga menjadi sorotan, terutama bagi Mahasiswa dari keluarga kurang mampu yang merasa kesulitan untuk mencapai kesuksesan. Selain itu, alumni UIN Sunan Kalijaga juga sering mengalami kesulitan saat mencari pekerjaan setelah lulus.
Menanggapi hal tersebut, Prof. Noorhaidi menekankan pentingnya penguatan pusat karir yang dikelola secara serius. Beliau menyatakan bahwa lulusan harus kompetitif, dan untuk itu, kualitas pendidikan, pengajaran, serta kurikulum harus diperbaiki dari hulu hingga hilir.
Adapun terkait internasionalisasi, Prof. Noorhaidi berpendapat hal tersebut memang sulit, tetapi bukan berarti tidak dapat diwujudkan, hanya perlu kerja lebih keras. Beliau menegaskan bahwa internasionalisasi yang dilakukan harus bersifat substansial dengan outcome dan output yang jelas serta kriteria keberhasilan yang terukur. Pihaknya berharap, lebih banyak lagi Mahasiswa yang terlibat dalam internasionalisasi tersebut. Prof. Noorhaidi juga menekankan bahwa kesempatan internasionalisasi harus merata, bukan hanya untuk pejabat kampus, tetapi juga Dosen dan Mahasiswa.
Terkait UKT, Prof. Noorhaidi menjelaskan bahwa UIN Sunan Kalijaga menyediakan hak banding setelah satu semester, yang merupakan kebijakan yang sangat baik. "Yang berhak untuk diturunkan, kita turunkan. Kita doakan rezeki Mahasiswa baru bisa baik," jelasnya. Salah satu bukti kepedulian negara dan kampus terhadap pendidikan adalah dengan ditetapkannya 500 Bahasiswa Baru yang mendapatkan KIP. SK terkait UKT tersebut akan dihitung oleh negara, dan ketika nominal tidak sesuai, akan diperiksa oleh Inspektorat Jenderal. Selain itu, dana bantuan studi juga dapat diperoleh dari filantropi, derma, serta dukungan dari perusahaan maupun alumni. Prof. Noorhaidi berkomitmen bahwa UKT yang dibayarkan Mahasiswa akan dikembalikan dalam bentuk fasilitas dan layanan yang sesuai.
Rektor juga menegaskan pentingnya membekali Mahasiswa agar siap menghadapi dunia kerja setelah lulus. "Jangan sampai peraih predikat cumlaude 75% tetapi kesulitan menghadapi dunia kerja," tegasnya. Perlu ada akselerasi untuk meningkatkan kualitas lulusan.
Prof. Noorhaidi menyatakan impiannya bahwa di era kepemimpinannya, UIN Sunan Kalijaga harus bebas dari korupsi, bersih dari pelanggaran amoral, dan mampu melakukan perubahan yang berarti. Beliau juga menargetkan dalam tiga bulan ke depan, kampus harus terlihat lebih indah, rapi, dan segar, baik secara fisik maupun virtual.
Beliau juga menjelaskan tentang tagline UIN Sunan Kalijaga di eranya, yaitu "U_Suka Shaping Your Future," yang desainnya masih dalam proses. Filosofi di balik tagline ini adalah bahwa "U" dapat berarti "Anda" atau "Universitas," dan "Suka" dapat berarti "like," "love," atau "Sunan Kalijaga." Sementara itu, "Shaping Your Future" bermakna membentuk masa depanmu, yang berarti orientasi kepada Mahasiswa.
Di akhir audiensi, Prof. Noorhaidi mengucapkan terima kasih dan memohon kerja sama dari seluruh Mahasiswa dalam mewujudkan mimpi besar tersebut. Beliau juga membagikan kilas balik perjalanan akademiknya, menjadi Guru Besar sejak 2014, menimba ilmu di luar negeri sejak 1997 hingga 2011, dan berharap mahasiswa dapat mengikuti jejaknya, mengasah kemampuan bahasa Inggris, dan menempuh S3 dengan beasiswa di luar negeri. "Negeri sendiri memang indah, tetapi negeri orang tidak kalah indah” pungkasnya. (tim humas)