Teater Aswad dari Prodi Bahasa dan Sastra Arab Sukses Tampilkan Karnak Café
Untuk mendalami seni sastra Arab, prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, rutin menggelar sebuah pertunjukan teater yang menampilkan karya-karya sastra Timur Tengah. Teater tersebut diberi nama Teater Aswad. Adapun tujuan dibentuknya teater ini yaitu untuk memotivasi serta menggugah semangat mahasiswa dalam mempelajari karya sastra Timur Tengah dan menambah kecintaan terhadap seni sastra Arab.
Pada 11/02/2023, Teater Aswad kembali menggelar pementasan drama teater yang berjudul ‘Karnak Café’ di gedung Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta. Karya ini diadaptasi dari novel karya sastrawan terkenal pada masa itu yaitu Najib Mahfudz, dan telah mendapatkan piala Nobel pada tahun 1988 atas kiprahnya dalam dunia sastra.
Karnak Café ini dipilih karena menyuarakan bentuk perjuangan Revolusi Mesir kala itu. Selain perdebatan dan konflik politik, kisah ini diwarnai dengan perjalanan kisah cinta Qurunfula mantan penari legendaris yang memiliki paras cantik, namun sayang kisah cinta Qurunfula harus berakhir dengan kesedihan. Karena Hilmi Hamada sosok laki-laki yang ditaksir Qurunfula dibunuh di dalam jeruji penjara.
Antusias penonton sangat membludak, kuota yang disediakan hanya untuk 300 orang namun yang hadir hamper mencapai 500 orang. Penonton sangat menikmati pementasan drama teater tersebut. Karena selain menonton pementasan penonton bisa menikmati kopi di Karnak Café dan bisa mengabadikan momen di photobooth yang telah disediakan oleh panitia. Bahkan acara ini tidak dipungut biaya atau gratis untuk para penonton.
Acara ini diadakan selain untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah dramaturgi, namun juga bertujuan untuk mengedukasi para penonton untuk mengetahui karya-karya sastrawan Arab yang juga menyuarakan bagaimana bentuk revolusi mesir dan bentuk perdebatan masyarakat terhadap pemerintah mesir kala itu. Dialog pada drama ini memang mengandung kata-kata ilmiah yang sangat sulit untuk dipahami untuk kaum-kaum awam. Hal ini berdampak baik bagi penonton untuk menambah kosa kata ilmiah baru, karena menambah wawasan tidak selamanya dari membaca, namun bisa dari hal yang kita lihat atau kita dengar.
“Kalian luar biasa,” ucap Dr. Ening Herniti, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Arab. Para dosen-pun turut mengapresiasi atas pementasan drama ini. Bahkan support dan energi positif dari mereka membuat mahasiswa semangat untuk kembali mengembangkan potensi diri dan juga mengembangkan nama Teater Aswad agar terus memberikan karya-karya terbaik dan spektakuler. (BSA/Ihza)