Prodi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suka, Eksplore dan Tingkatkan Potensi Atsiri Cengkeh
Selesainya program kerja kuliah kerja nyata (KKN), bukan berarti berakhir sudah kegiatan KKN. Justru selesainya KKN bisa diartikan sebagai awal kegiatan eksplorasi sumber daya alam dari lokasi KKN. Itu juga yang dikerjakan para mahasiswa Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga. Selesai mengikuti program KKN angkatan 2018, mereka membentuk tim ekplorasi potensi minyak atsiri daun cengkeh, di bawah bimbingan dosen pembimbing lapangan, yang juga merupakan dosen mereka di Prodi Kimia. Yakni; Didik Krisdiyanto, S.Si., M.Sc. dan Irwan Nugraha, S,Si., M.Sc.
Hasil eksplorasi tim ini dipaparkan dalam seminar sehari yang diikuti para mahasiswa Prodi kimia di kampus ini maupun dari kampus lain di wilayah Yogyakarta, bertempat di ruang teatrikal UPT. Perpustakaan, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa, 16/10/18. Di forum tersebut tim mahasiswa KKN dari Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, yang diwakili Adit, Taufiq dan Fitri memaparkan kegiatannya selama dan selepas KKN seputar eksplorasi minyak atsiri cengkeh, yang merupakan sumber mata pencaharian penduduk wilayah KKN. Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, berada di ketinggian 1000 s/d 1200 di atas permukaan air laut, wilayahnya rindang, penuh pepohonan dan udaranya sejuk, sehingga sangat nyaman untuk melakukan segala aktifitas. Menurut mereka, banyak warga masyarakat di Desa Samigaluh yang mata pencahariannya berkebun cengkeh di tanah pekarangan mereka. Selain dimanfaatkan bunganya sebagai bahan pelengkap rokok, daun dan batang dari pohon cengkeh yang sudah kering dan berguguran bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak atsiri.
Di Desa Samigaluh ada 18 sentra pembuatan minyak atsiri cengkeh. Sentra pembuatan minyak atsiri ini banyak menyerap tenaga kerja setempat untuk mengumpulkan daun dan batang cengkeh kering, yang selanjutnya dijual ke pemilik sentra atsiri. Dari sinilah kehidupan mereka ditopang. Selain ditopang oleh hasil bunga cengkeh yang mereka jual ke pengepol maupun ke pasar-pasar tradisional di Kabupaten Kulonprogo, masyarakat Samigaluh juga memperoleh hasil dari pekerjaan memunguti daun dan batang cengkeh kering yang sudah berguguran. Hasilnya mereka jual ke setra produksi minyak atsiri.
Dijelaskan, Selain Kecamatan Samigaluh, ada dua kecamatan di Kabupaten Kulonprogo yang merupakan wilayah potensial penghasil cengkeh, yakni; Kalibawang dan Kaligesing. Namun menurut pengamatan mereka selama KKN, produksi minyak atsiri di ketiga wilayah ini kualitasnya belum bisa diandalkan dan hasil penyulingannya pun belum optimal, karena selain masih menggunakan tungku penyulingan tradisional, produksi minyak atsirinya masih merupakan minyak kotor (belum dimurnikan). Kandungan minyak atsiri yang terdiri dari eugenol, eugenit asetat dan kariopilene (caryophyllene) juga belum teruji, sehingga harganyapun menjadi rendah (tidak memadahi). Rendemennya pun masih rendah, hanya berkisar 1,8%, dengan harga minyak kotor yang hanya kisaran Rp. 215.000,00 per liter.
Sementara, minyak atsiri merupakan sumber minyak nabati. Minyak atsiri bermanfaat sebagai bahan baku obat, kosmetik, aroma terapi makanan olahan dan lain-lain. 60% kebutuhan minyak atsiri dunia ditopang dari Indonesia. Jadi produksi minyak atsiri di Indonesia mesih memiliki potensi besar untuk dieksplore, karena Indonesia memiliki kekayaan alam flora yang berlimpah.
Disinilah peran para peserta KKN Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, yang basic prodinya adalah Ilmu Kimia bisa dikembangkan lebih jauh. Para mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing lapangan, Irwan Nugraha, M. Sc., dan Didik Krisdianto, M. Sc. melakukan eksplorasi potensi minyak atsiri cengkeh dengan mengujinya di laboratorium terpadu yang ada di Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga. Melalui proses pemurnian menggunakan Lempung BentonitAlamdan uji lab, sampel sampel minyak atsiri dari Samigaluh bisa diketahui kandungan minyak atsiri, yakni: eugenol 87%, eugenit asetat 8,01%, kariopilene 3,56%. Sementara rendemen bisa ditingkatkan dengan mengganti tabung penyulingan. Selama ini yang dipakai adalah tabung dari besi, yang memiliki tingkat kerosin yang tinggi, sehingga minyak atsiri yang dihasilkan keruh (terkontaminasi kotoran dari tabung besi). Maka tabung diganti baja. Baja merupakan alat penghantar panas yang lebih baik dibanding besi. Baja juga tidak meninggalkan kotoran. Dengan baja pemanasan menjadi lebih sempurna sehingga rendemen bisa meningkat hingga 4%.
Hasil permurnian dan uji lab ini tentunya bisa ditularkan kepada masyarakat Samigaluh, agar kuantitas dan kualitas minyak atsiri yang diproduksi disana bisa lebih meningkat lagi. Temuan kandungan minyak atsiri dari uji lab yang dilakukan juga akan meningkatkan kepercayaan, sehingga bisa mendongkrak harga, dan peminat dari kalangan perusahaan-perusahaan besar.
Menurut Irwan Nugraha, saat ditemui di forum ini, apa yang dia lakukan bersama para mahasiswanya ini adalah pembelajaran keilmuan kimia yang diaplikasikan untuk sentra industri masyarakat. Sentuhan uji kimia laboratorium dan analisa pemakaian alat-alat produksi berdasarkan karakter alat produksi, bisa menghasilkan terobosan baru proses produksi minyak atsiri yang lebih berkualitas dan meningkatkan kuantitas produksi. Sementara, KKN sebagai wahana pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi akan menjadi lebih bermanfaat jangka panjang bila ada sentuhan pengembangan hasil hasil riset dalam rangka mengembangkan potensi masyarakat. Di sisi lain, program-program riset perguruan tinggi akan lebih berguna bila berangkat dari program-program kerja KKN, karena lebih memahami permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Didik Krisdianto menambahkan, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga diharapkan bisa selalu memberikan warna baru program-progarm KKN disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah KKN, melalui sentuhan keilmuan sains dan teknologi. Melalui program-program KKN, semua karya riset sains dan teknologi nyambung dengan dunia industri. Bisa diarahkan untuk jadi produk-produk nyata yang mermanfaat bagi masyarakat. Mahasiswa KKN juga bisa berperan dalam membuka jejaring baru yang menghubungkan antara akademisi, sentra industri masyarakat, dinas/instansi terkait, komunitas dunia usaha yang lebih luas, dan masyarakat pengguna produk, dengan mengasah kemampuan lobbying para mahasiswa dan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, kata Didik. (Weni)