Keragaman adalah Taqdir
Oleh : Prof. Dr .Phil. Al Makin.S.Ag., MA (Rektor UIN Sunan kalijaga Yogyakarta)
Telah Dimuat di Kedaulatan Rakyat ,Rabu 28 April 2021
Bayangkan jika Anda menonton pagelaran wayang kulit semalam suntuk, jika semua wayangnya itu satu tokoh saja, Arjuna. Semua yang ada adalah badan Arjuna yang lemah gemulai. Semua penuh wajah Arjuna yang ganteng. Semua gelung Arjuna yang melengkung. Sang dalang mengucapkan kata-kata dan suara Arjuna saja, halus, sopan, dan lembut. Tidak ada yang lain. Maka dalam setiap dialog antara Arjuna satu dan lainnya, sama suaranya, sama cengkoknya, sama tingkah lakunya.
Jika ada pisowanan di kahyangan, misalnya, Arjuna satu menghaturkan sembah kepada Arjuna yang lain. “Ngaturaken sembah Pikulun Arjuna/Menghaturkan sembah pada dewa Arjuna”. Dijawab oleh Arjuna lain, “Ingsun tompo sembah iro, tampanono pangestu ingsun Arjuna/Aku terima sembahmu, terimalah doa ku Arjuna”.
Ketika adegan perang nanti juga antar Arjuna. Arjuna satu membunuh Arjuna yang lainnya. Bagaimana sang dalang membedakan antar Arjuna itu yang jumlahnya 200 sampai 300. Tokoh utama Arjuna. Begitu juga tokoh jahat tetap Arjuna. Punokawan juga Arjuna. Anda bingung bukan? Anda bosan bukan? Sama sekali tidak menarik bukan?
Tentu tidak ada wayang seperti itu. 300 karakter wayang hanya didominasi satu tokoh Arjuna tidak akan terjadi. Pagelaran itu tidak ada yang menonton dan semua penikmat pergi begitu saja. Sang dalang juga sulit membedakan satu Arjuna dan lainnya. Penonton juga bingung mana tadi Arjuna yang telah mati, dan mana tadi Arjuna yang menang tanding? Mana Arjuna yang dewa, mana Arjuna yang pahlawan, mana Arjuna yang punokawan?
Itulah keragaman secara sederhana digambarkan. Bahwa kita tidak bisa menyeragamkan semua kehidupan ini. Semua harus berbeda, dan kenyataannya berbeda adanya. Allah SWT menciptakan alam ini serba unik, semua tokoh lain, berwatak lain. Semua tumbuhan berbeda-beda. Semua binatang mempunya ordo, keluarga, dan spisies yang lain pula. Keragaman menciptakan keindahan. Keragaman adalah hakekat kehidupan.
Kita menikmati pagelaran wayang, karena wayang adalah simbol dan representasi kehidupan. Wayang adalah gambaran nyata bagaimana relasi antar manusia, yang dipenuhi dengan perdamaian, konflik, dan musyawarah tokoh yang berbeda. Wayang menarik karena ada dua kubu besar Kurawa dan Pandawa yang bersaing dengan karakter menarik dan unik setiap suara, tingkah laku, kesaktian, kelemahan, dan itu muncul dalam setiap kompetisi memperebutkan jodoh, wilayah, dan kehormatan.
Wayang adalah kehidupan kita. Maka kita harus menikmati adanya tokoh Kurawa Dursasana, sekaligus Bima di kubu Pandawa. Kita harus menerima adanya Buto Cakil, sekaligus Bilung. Jika tokoh-tokoh jahat diganti semua dengan tokoh baik Pandawa, maka jumlah wayang tinggal sedikit. Dalang lebih mudah membawakan dan mengingat karakter masing-masing. Tetapi itu tidak diinginkan oleh dalang dan penikmat bukan? Bertambah banyak tokoh jahat, bertambah sakti pula tokoh utama. Gatutkaca sakti karena berperang dalam berbagai laga. Dia bisa terbang. Dia punya jaket ontokusumo. Dia harus menghadapi banyak tokoh Kurawa. Dalang bahkan mempunyai cara improvisasi menciptakan atau menonjolkan tokoh baru. Lakon baru diciptakan terus menerus.
Begitulah kehidupan ini. Keragaman manusia, bangsa, etnis, suku, agama, keyakinan, mazhab dan organisasi menambah indahnya kehidupan. Keragaman adalah taqdir dan qodrat Ilahi. Manusia bertugas untuk menyelaraskan dan menyesuaikan diri dengan berbagai kehidupan ini. Al-Quran surah al-Hujarat ayat 13 jelas menjelaskan Allah mencipatakan keragaman suku dan etnis untuk saling mengenal dan menjalin persaudaraan. Walaupun ayat itu diturunkan 1500 tahun yang lalu di propinsi Hijaz, dengan diaroma padang pasir, ayat itu sangat relevan dengan Indonesia yang mempunyai lebih 700 bahasa etnis dan logat, 20 000 pulau, tak terhitung tradisi dan kesenian bermacam-macam. Makanan berbagai daerah menawarkan cita rasa yang berbeda pula. Itulah Indonesia. Ini nikmat Allah yang harus disyukuri. Allah berfirman dalam surah Ibrahim ayat 7. Jika kita bersyukur Allah akan menambah nikmat kita. Ramadan ini mari syukuri keragaman Indonesia.