JADWAL IMSAKIAH DALAM KHAZANAH ISLAM

DALAM al-Qur’an ada beberapa ayat yang membicarakan tentang awal waktu salat, yaitu QS. An-Nisa’ ayat 103, QS. Al-Isra’ ayat 78, dan QS. Taha ayat 130, sedangkan hadis nabi saw jumlahnya sangat banyak. Hasil penelitian Jalaluddin al-Khanji menginformasikan bahwa dalam Kutubut Tis’ah terdapat 543 hadis yang membicarakan waktu salat. Adapun rinciannya adalah : Sahih al-Bukhari berjumlah 77 hadis, Sahih Muslim berjumlah 73 hadis, Sunan At-Tirmidzi berjumlah 35 hadis, Sunan an-Nasai berjumlah 131 hadis, Sunan Abu Daud berjumlah 45 hadis, Sunan Ibnu Majah berjumlah 40 hadis, Sunan ad-Darimi berjumlah 30 hadis, al-Muwatta’ Imam Malik berjumlah 28 hadis, dan al-Musannif Ibn Abi Syaibah berjumlah 84 hadis.

Dari jumlah hadis di atas, hadis “Imamah Jibril” menjadi hadis yang sangat populer dalam kajian seputar awal waktu salat. Berdasarkan pemahaman terhadap hadis Imamah Jibril ini pula para ulama merumuskan anggitan awal waktu salat, yaitu Zuhur, Asar, Magrib, Isyak, dan Subuh. Pada awalnya pelaksanaan salat lima waktu merupakan tugas para muadzin. Mereka melakukan observasi setiap hendak melaksanakan salat. Jika tanda-tanda yang ditunjukkan oleh hadis telah terpenuhi maka berarti awal waktu salat telah tiba.

Setelah Islam berkembang dan berdialog dengan peradaban luar, khususnya Yunani yang memiliki tradisi observasi yang dikompilasi dalam bentuk “Zij” (Tabel Astronomi) memberi inspirasi bagi para ilmuwan muslim untuk membuat jadwal waktu salat. Menurut David A. King salah seorang peneliti tentang manuskrip astronomi Islam sebagaimana dikutip oleh Auni Muhammad al-Khasawanah, Al-Khawarizmi adalah tokoh pertama yang membuat jadwal waktu salat dengan menggunakan markaz kota Baghdad. Tabel jadwal waktu salat yang dibuat al-Khawarizmi memuat bayang matahari waktu Zuhur, bayang matahari awal dan akhir waktu Asar serta ditulis menggunakan “hisab jumali” (Abajadun hawazun).

Pada abad 3 H/9 M Ali bin Amajur melanjutkan langkah al-Khawarizmi membuat jadwal waktu salat yang lebih lengkap. Begitu juga Abu Ali al-Marrakushi membuat jadwal waktu salat dengan memasukkan data tambahan, seperti sudut waktu Asar dan “rasdul qiblah”. Dari sinilah kemudian muncul beragam model jadwal waktu salat yang dikembangkan oleh para tokoh astronomi Islam dengan memadukan nilai-nlai seni yang sangat indah, seperti model Syria, Tunisia, dan Istanbul. Bukti sejarah menunjukkan kehadiran jadwal waktu salat ketika itu tidak sekedar kumpulan data namun memiliki nilai seni yang sangat mengagumkan.

Imsakiah : Upaya Ihtiyat memulai Puasa Ramadan

Mulai abad ke-20 jadwal waktu salat menyatu dalam kalender tahunan yang berbentuk kalender dinding dan berbentuk kalender duduk. Ada pula jadwal waktu salat harian yang dimuat di media massa. Khusus bulan Ramadan jadwal waktu salat diistilahkan dengan “Jadwal Imsakiah” karena memuat jadwal imsak sebagai pertanda untuk bersiap-siap memulai puasa Ramadan setiap hari. Kecenderungan ini berlangsung hingga kini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia halaman 428 istilah “imsakiah” diartikan jadwal yang menetapkan waktu salat. Hans Wehr dalam “A Dictionary of Modern Written Arabic” mendefinisikan imsakiah adalah calendar of fasting during the month of Ramadan”. Sementara itu dalam “Leksikon Islam” dijelaskan bahwa imsak adalah waktu tertentu sebelum Subuh, saat mulai berpuasa.

Di Indonesia anggitan imsakiah merupakan jalan keluar sekaligus jalan tengah untuk menjembatani pelaksanaan ibadah puasa Ramadan dengan memberikan batas 10 menit sebelum tiba waktu Subuh. Batas waktu ini merujuk pendapat Sa’adoeddin Jambek berdasarkan pemahaman hadis dari Anas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya “Dari Anas dari Zaid ibn Tsabit ia berkata, kami sahur bersama Rasululllah saw kemudian kami melakukan salat Subuh (Fajar), saya bertanya : berapa lama ukuran antara sahur dan salat Subuh? Rasulullah bersabda seukuran membaca 50 ayat al-Qur’an”.

Jadwal Imsakiah mulai berkembang pasca rasulullah, khususnya pada zaman keemasan Islam. Berbagai dokumen sejarah menginformasikan pada saat itu bermunculan jadwal imsakiah yang sangat indah hasil kerja para astronom muslim dan kaligrafer. Di era modern jadwal imsakiah berkembang di belahan dunia. Kawasan Timur Tengah jadwal imsakiah beredar saat bulan suci Ramadan dengan model tulisan arab yang indah. Jadwal imsakiah di wilayah ini mayoritas tidak memuat waktu imsak, kecuali di Damaskus dan Mesir mencantumkan waktu imsak selama 15 menit disertai lama puasa setiap hari.

Begitu pula di kawasan Amerika, Australia, dan Eropa sebagian besar imsakiah menggunakan bahasa lokal. Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) di Jepang menggunakan istilah “Jadwal Salat Ramadan”. Di Malaysia digunakan beberapa istilah yaitu Jadwal Imsakiah, Taqwim Ramadhan Waktu Salat Imsak & Berbuka Puasa, dan Takwim Berbuka Puasa dan Imsak. Istilah terakhir ini digunakan di Negeri Perak Darul Rdzuan Malaysia. Di dalamnya hanya memuat jadwal imsak dan berbuka saja. Jadwal Imsakiah Singapore dikeluarkan oleh Majelis Ugama Islam Singapore (MUIS). Sistem dan lama waktu imsak sama dengan jadwal imsakiah yang dikeluarkan oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia yaitu selama 10 menit. Hal ini juga diikuti oleh Brunei Darussalam hanya saja istilah yang digunakan adalah “Jadual Waktu sembahyang bagi Bulan Ramadan”.

Dinamika Jadwal Imsakiah di Indonesia

Khusus di Indonesia jadwal imsakiah mengalami perkembangan yang luar biasa. Mula pertama jadwal imsakiah berbentuk sangat sederhana dan beredar sangat terbatas. Proses perhitungan dilakukan secara manual. Bahan yang digunakan kertas dan diketik secara manual pula tanpa desain. Muhammadiyah sebagai pelopor pengguna hisab di Indonesia sangat berperan dalam memasyarakatkan jadwal imsakiah. Hal ini dapat ditemukan dalam berbagai dokumen sejarah perkembangan pemikiran hisab di Indonesia. Periode awal penggunaan komputer dalam membuat jadwal imsakiah menggunakan program DOS dan dicopy dalam jumlah tertentu. Periode ini bentuk jadwal imsakiah masih sederhana seperti sebelumnya. Hanya proses pembuatannya sudah melibatkan teknologi komputer dan printer.

Selanjutnya pada era teknologi informasi pembuatan jadwal imsakiah sangat mudah dan cepat karena proses perhitungan dibantu berbagai macam software awal waktu salat. Sebelumnya proses perhitungan dan pembuatan jadwal imsakiah memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Namun kini proses perhitungan jadwal imsakiah hanya memerlukan waktu beberapa menit. Selain proses yang cepat kehadiran jadwal imsakiah sekarang didukung desain grafis yang sangat memadai sehingga hasilnya nampak indah dan menarik.

Dalam praktiknya jadwal imsakiah hadir menjelang Ramadan. Hampir semua media massa memuat imsakiah dengan beragam bentuk dan sumber rujukan. Harian nasional, seperti harian Republika, Kompas, dan Media Indonesia tidak mencantumkan sumber rujukan. Republika memuat jadwal imsakiah harian di halaman depan bagian atas yang terdiri Imsak, Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isyak dan disertai konversi. Khusus waktu Imsak dan Magrib dicetak besar agar mudah terbaca. Media Indonesia memuat jadwa imsakiah setiap hari pada halaman depan bagian bawah terdiri Magrib dan Imsak. Model Media Indonesia ini hampir sama dengan Jadwal Imsakiah yang dikeluarkan negeri Perak Malaysia. Sementara itu harian Kompas memuat jadwal imsakiah dua hari pada halaman depan bagian bawah sebelah kiri terdiri Imsak, Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isyak.

Begitu pula harian lokal seperti Harian Yogya dan Radar Yogya tidak memuat sumber rujukan. Harian Yogya memuat jadwal imsakiah di bawah logo “Harian Jogja” tertulis Jadwal Imsakiyah untuk Kawasan DIY dan sekitarnya terdiri Imsak, Subuh, dan Magrib setiap hari. Radar Jogja memuat jadwal imsakiah seperti Harian Jogja hanya letaknya di bagian bawah. Berbeda dengan Harian Jogja dan Radar Jogja, harian Kedaulatan Rakyat memuat jadwal imsakiah secara utuh sejak Imsak sampai Isyak dan merujuk sumber dari Kementerian Agama Kanwil Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain media massa, di Yogyakarta juga beredar berbagai macam jadwal imsakiah yang dikeluarkan oleh lembaga dan masjid. Mayoritas jadwal imsakiah tersebut merujuk pada hasil perhitungan Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam perjalanannya kini sumber yang dirujuk selain Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah Kementerian Agama RI dan Rukyatul Hilal Indonesia.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perkembangan jadwal imsakiah, khususnya di Indonesia mengalami kemajuan sesuai tuntutan zaman baik proses perhitungan maupun desain yang ditampilkan. Meskipun proses dan perhitungan jadwal imsakiah lebih mudah dan cepat namun perlu diperhatikan ketelitian dan kesesuain data dalam membuat jadwal imsakiah satu wilayah, terutama ketika menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia di App Store maupun Play Store, para pengguna sebaiknya memperhatikan “setting” yang menyediakan pilihan lokasi dan teori yang digunakan, khususnya waktu Subuh agar tidak menimbulkan masalah baru dalam memulai berpuasa.

Wa Allahu A’lam bi as-Sawab.

Ditulis Oleh:
Prof. Dr. Susiknan Azhari, Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta