KONTRIBUSI UIN SUNAN KALIJAGA DALAM STUDI ASTRONOMI ISLAM


Prof. Dr. Susiknan Azhari :Guru Besar Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Founder Museum Astronomi Islam


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang biasa disingkat UIN Suka merupakan kampus tertua di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Banyak prestasi yang diraih pada tahun 1443-1444/2022. Salah satunya menurut versi 4ICU UniRank 1444/2022 meraih peringkat pertama PTKIN terbaik di Indonesia dan peringkat 16 Universitas Islam terbaik dunia. Besok pada hari Senin 30 Safar 1444/ 26 September 2022 akan diadakan Sidang Senat Terbuka dalam rangka Mensyukuri Kelahirannya yang ke-71.

Dalam studi astronomi Islam di Indonesia UIN Sunan Kalijaga merupakan peletak dasar studi astronomi Islam di lingkungan PTKIN. Pengampu pertama mata kuliah astronomi Islam (Ilmu Falak) di Fakultas Syari'ah adalah Saadoe'ddin Djambek (w. 1397/1977) yang merupakan putra Syekh Djamil Jambek (w. 1366/1947). Syekh Djamil Jambek berguru kepada Syekh Taher Djalaluddin al-Azhari (w. 1869/1957).

Syekh Taher Jalaluddin merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang belajar astronomi Islam di Al-Azhar Mesir dan dalam sejarah Islam Indonesia dianggap sebagai "bapak falak Indonesia". Ketokohan Syekh Taher tidak hanya dikenal di Indonesia. Di Malaysia beliau juga sangat dikagumi dan diapresiasi. Beliau dilahirkan di Koto Tuo Ampat Bukittinggi Indonesia dan meninggal dunia di Malaysia.

Salah satu bentuk apresiasi untuk mengenang jasa beliau dalam mengembangkan studi astronomi Islam di Malaysia, didirikan Pusat Falak Syekh Taher di Pulau Pinang Malaysia. Banyak legacy yang ditinggalkan beliau bagi pengembangan studi astronomi Islam baik di Indonesia maupun di Malaysia. Salah satu karya monumentalnya berjudul "Natijatul Umur (The Almanac : Muslim and Christian Calendar and Direction of Qiblat according to Shafie Sect (1957)."

Sa'adoeddin sebagai penerus Syekh Taher melalui jalur ayahnya juga menjadi tokoh yang sangat memengaruhi perkembangan studi astronomi Islam di Indonesia sehingga beliau disebut sebagai "pembaharu pemikiran hisab di Indonesia". Beliau merupakan ketua pertama Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI. Generasi berikutnya yang mengembangkan studi astronomi Islam di IAIN/UIN Suka adalah ustad Abdur Rachim.

Kepakaran Abdur Rachim di bidang astronomi Islam diakui dan disegani berbagai kalangan. Salah seorang tokoh NU yang sering bersilaturahmi dan berdiskusi seputar astronomi Islam adalah K.H. Noor Ahmad SS. Keduanya memiliki latar belakang yang berbeda. Meskipun demikian persahabatan keduanya sangat akrab dan saling menghormati. Keteladanan ini perlu dicontoh generasi berikutnya.

Selain Abdur Rachim, UIN Sunan Kalijaga juga melahirkan tokoh-tokoh di bidang astronomi Islam, antara lain Drs. H. Taufiq, S.H., M.H, perancang software Ephemeris Hisab Rukyat, jabatan terakhir sebagai wakil ketua Mahkamah Agung RI, Drs. Abdul Razak, S.H, sejak tahun 1981 diangkat menjadi anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI, dan Drs. Wahyu Widiana, M.A, tim penyusun Almanak Hisab Rukyat, jabatan terakhir sebagai Dirjen Badan Peradilan Agama di Mahkamah Agung RI.

Jaringan keilmuan astronomi Islam di Indonesia saat ini tidak bisa dipisahkan dari peran para tokoh dan para alumni dari UIN Sunan Kalijaga. Untuk itu pada hari memperingati kesyukuran kelahiran UIN Sunan Kalijaga ke-71 sudah saatnya memberi apresiasi kepada para tokoh di atas yang telah berperan dan berjasa bagi pengembangan studi astronomi Islam di Indonesia. Selamat milad. UIN Suka untuk Bangsa. UIN Suka Mendunia.