Prof. Al Makin Beri Sambutan Dalam Workshop Redesain Kurikulum LPM
Mengawali kepemimpinannya sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Phil Al Makin, MA., terlibat langsung dalam agenda Sosialisasi Pedoman Kurikulum Perguruan Tinggi dan Workshop Redasain Kurikulum. Acara yang menghadirkan Narasumber Prof. Dr. H. Machasin, MA. (Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Suka) dan Prof. Syafa’atun Almirzanah, D. Min., Ph.D., ini diselenggarakan secara online, 14/7/2020.
Dalam sambutan pembukaannya, Prof. Al makin antara lain menyampaikan, pihaknya menyambut baik semua masukan yang disampaikan Prof. Amin Abdullah, Prof. Machasin, Prof. Syafa’, dan para Buru Besar di kampus ini dalam upaya melahirkan kurikulum yang terbaik. Menurut Prof. Al Makin, di era kepemimpinan Pak Jokowi dan selanjutnya, perguruan tinggi dituntut bisa melahirkan alumni yang kreatif. Kurikulum tidak hanya dituntut berorientasi pragmatis, namun juga moral, akhlaq, karakter yang baik yang bisa menyumbang peradaban luhur dan kemajuan bangsa Indonesia. Perguruan tinggi tidak hanya dituntut untuk melahirkan para pemimpin bangsa yang bermoral dan berkarakter bagus, namun juga generasi yang kreatif dengan pola berpikir tingkat tinggi yang bisa banyak membuka peluang lapangan kerja untuk masyarakat luas.
Lebih jauh Prof. Al Makin menyampaikan, pihaknya akan terus mensuport apa yang dilakukan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Sunan Kalijaga. Ke depan tantangan kurikulum perguruan tinggi semakin besar. Youtube, Pemeo, Instagram dan seterusnya dipenuhi oleh selebritis yang nota bene tidak memberi efek pendidikan yang baik. Ilmu pengetahuan bersaing dengan dunia populer. Oleh karenanya, rancangan kurikulum harus bisa menandingi bahkan memenangkan persaingan itu, kurikulum harus bisa melahirkan generasi yang menguasai industri kreatif dan pasar online dan berdampak pula pada kemuliaan peradaban Indonesia yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama yang rahmat. Yang perlu disiapkan pula, bagaimana semua dosen dapat memahami dunia online untuk pengembangan pendidikan, dan seberapa siap kurikulum menghadapi era pandemi covid-19, yang semuanya tidak bisa menghindar dari online. Sementara online itu banyak sisi kelemahannya. Sebagai contoh; dalam perkuliahan online dosen belum memiliki metode kontrol keseriusan mahasiswa dalam kuliah online. Tantangan ini juga harus terjawab dalam rancangan kurikulum.
Prof. Al Makin mengejak semua bagian yang terlibat dalam redesain kurikulum UIN Sunan Kalijaga untuk serius melahirkan kurikulum terbaik. “Saya hanyalah petugas agar semua bagian di kampus ini bisa berkarya sehebat-hebatnya, dan saya akan mengikuti rytme semuanya untuk bisa enjoy berkarya. Semoga empat tahun kepemimpinan ke depan, selalu dirahmati Allah SWT untuk memajukan UIN ini,” demikian harap Prof. Al Makin.
Sementara itu dalam paparannya Prof. Machasin antara lain menyampaikan, untuk menampilkan kurikulum dengan ciri khas UIN Sunan Kalijaga penting untuk digali dan dikembangkan kekhasan nilai-nilai dakwah Sunan Kalijaga. Perjalanan dakwah Sunan Kalijaga tertuang dalam Serat Lokajaya dan Serat Linglung yang digali dan ditulis oleh Prof. Marsono. Dari kedua Serat ini akan banyak digali apa yang sudah dinisbahkan oleh Kanjeng Sunan. Sunan Kalijaga berperan besar dalam menggembangankan Kerajaan Demak menjadi kerajaan Islam dan berdirinya Kerajaan Mataran yang dimulai dari babat alas Mentaok. Fakta sejarah yang menyebutkan “Jajah Desa Milang Kori” yang dilakukan Sunan Kalijaga, membuktikan bahwa beliau terus melakukan pergerakan dari tempat satu ke tempat lain dalam rangka memajukan tlatah Jawa berpijak pada nilai-nilai ke-Islaman menyatu dengan budaya Jawa tanpa ada gejolak. Sunan Kalijaga membuktikan bahwa beliau bisa mengimplementasikan nilai-nilai Islam tanpa ada satupun lambang Arab. Pemaparan Serat Lokajaya hingga Serat Linglung mengisahkan bahwa seorang Sunan Kalijaga dimasa mudanya yang suka merampok, nakal namun bisa bertobat setelah bertapa disunggai sekian lama, dan kemudian mengajarkan nilai nilai perjuangan hidup.
Memulai perjuangannya dengan menjaga sungai yang sesungguhnya membawa misi melihat keluar dan mengembangan kemampuannya untuk memahami alam semesta. Sunan Kalijaga mengembangkan pemahamannya tentang Islam dengan pergi lelono ke Mekkah dan bertemu dengan Nabi Khidir. Wejangan Nabi Khidir masuk ke dalam jati dirinya, yang kemudian menjadi lima hal yang menjadi ciri jatidirinya. Wali Lelono, Maloyo Bumi, ambrasto durangkoro dan menyebarkan kebaikan, Memayu Hayuning Bawono (aktif menjaga kelestarian alam/Khalifatul Ardi), serta Njajah Deso Milang Kori. Dari jati diri Sunan Kalijaga tersebar 9 hal yang merupakan nilai dasar dalam Islam, yakni: tapa brata (menimba ilmu, kepribadian (menghamba kepada Allah SWT dan menjadi Khalifatullah), kecakapan (menguasai bidang keilmuannya), keteladanan (bersih, ikhlas, tidak berlebihan, menjaga diri dari korupsi dan sifat egois), kepedulian (peka terhadap keadaan masyarakat), apresiasi (ikut ambil bagian mengembangkan budaya dan menyatu dalam komunitas lingkungannya), partisipatif (ambil bagian dalam pelestarian alam semesta), kepercayaan kepada proses, dan kebersamaan (memberi kesempatan kepada semua), itulah nilai-nilai dasar Islam yang dilakukan Sunan kalijaga sepanjang hayatnya, yang bisa digali lagi untuk mewarnai Tri Dharma Perguruan Tinggi era kini, papar Prof. Machasin.
Sunan Kalijaga juga banyak memberi wejangan. Contohnya; kepada Sutowijoyo agar membangun Karajaan Mataram bermula dari Alas (Hutan) Mentaok. Kepada Raja Demak agar memajukan Islam di Kerajaan Demak. Prof. Machasin berharap, nilai-nilai dasar Islam yang dikembangkan Sunan Kalijaga bisa digali untuk mewarnai kurikulum UIN Sunan Kalijaga di era teknologi saat ini. Dirangkum dalam kajian Islam yang Scientifik, Doktriner, sekaligus bagaimana pengamalannya di era kekinian. Al Qur’an dikaji untuk kemajuan di ranah ke-Indonesiaan. Untuk melahirkan para alumni “sing iso ndidik, iso mikir, iso ngasa, iso genah, nglaras ilining banyu, ngeli ning ora keli” (bisa mendidik, berpikir kritis, bisa merasakan/peduli/care, dan bisa membawa diri dimanapun berada).
UIN Sunan Kalijaga harus terus melakukan pembaharuan pendidikan yang dicerminkan dalam implementasi kurikulum yang progresif, dan selalu bisa meninggalkan sejarah kurikulum yang bermakna, seperti yang telah dilakukan para pendahulu. Prof. Sunaryo-beri lulusan madrasah ilmu umum, dan beri lulusan sekolah umum ilmu agama. Prof. Mukti Ali-studi Islam itu mesti bersifat scientific –cum-doktriner. Prof. M. Hasbi Asyidiqi-Fiqih Indonesia. Prof. Zaini Dahlan-Biarkanlah bunga-bunga berkembang di taman ini (kampus UIN Suka). Muhammad Zein-catur tunggal pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, tempat ibadah), Prof. Amin Abdulllah (integrasi-interkoneksi keilmuan yang dipakai seluruh PTKIN di Indonesia), demikian pungkas Prof. Machasin. (Weni/Doni)