KEIN Dorong Kampus Mendirikan BLK Untuk Menciptakan Wirausaha
Soetrisno Bachir mengajak kepada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk menjadi wirausaha.
Era globalisasi menjadikan dunia industri atau manufaktur dimonopoli oleh negara-negara yang menguasai teknologi informasi dan mesin. Negara industri seperti Cina, Jepang, Korea dan Taiwan, mepunyai sistem ekonomi yang terkontrol dan berkembang sehingga mendorong tumbuhnya industri baru dan menciptakan lapangan kerja.
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir, menyatakan bahwa Indonesia harus menambah jumlah pengusaha. Langkah tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih besar. Setidaknya jumlah wirausahawan di Indonesia bisa mencapai 6 persen dari total penduduk.
Menurut Soetrisno Bachir di sini peran pemerintah adalah memfasilitasi, khususnya melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dengan memperbanyak Balai Latihan Kerja (BLK). Tapi itu (BLK) juga diproyeksikan hanya jadi pegawai, pekerja di perusahaan. “Makanya ke depan akan dibuatkan skema supaya masyarakat lebih terampil, misalnya pendidikan di bidang kuliner, tidak hanya jadi koki, tapi juga bisa membuka usaha kuliner sendiri," ujar Soetrisno saat memberi materi di hadapan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga pada kuliah umumbertajuk "Menumbuhkan Semangat Berwirausaha Untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0” Jum’at (23/8) kemarin.
Soetrisno menambahkan seperti di kampus ini misalkan jika didirikan BLK bakal muncul wirausaha baru sesuai bidang keilmuannya. Karena kampus tempatnya orang belajar dan dididik sehingga mudah jika kewirausahaan didorong dari sini. “Sudah ada kurikulum kewirausahaan dan kemitraan ini akan dibangun pemerintah dengan Perguruan Tinggi”. kata Soetrisno Bachir.
Soetrino menjelaskan bahwa negara kita mengalami kemunduran di bidang industri. Dulu jaman orde baru kondisi politik dan ekonomi dapat terkontrol, sekarang bersifat liberal dan tak terkontrol. Dari situ muncul problem maraknya barang industri masuk ke Indonesia, mengakibatkan negara defisit dan lesunya kekuatan ekspor karena kalah bersaing dengan produk jadi dari luar. “Masyarakat kita sendiri lebih memilih barang industri yang murah dari luar negeri.”ucap Soetrisno Bachir.
“Tentu mindset kita harus dirubah lantaran membeli barang murah luar negeri apalagi generasi muda, yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Indonesia merupakan pasar besar barang impor, karena murah sampai kita juga tidak mau menawar. Sampai berakibat industri lokal bangkrut seperti industri cangkul, peniti dan kacamata. Kita masih hidup karena masih ada kekayaan alam yang mungkin juga jumlahnya terbatas.”kata Soetrisno.
Sekarang mudah informasi bisa dibaca dan dilihat, sehingga mahasiswa lah yang bisa mengatasi masalah terebut. Adanya industri 4.0 yang intinya digitalisasi dan robotisasi akan berdampak pada negara kita dengan jumlah penduduk yang besar. Pemerintah harus mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan tersebut ketika kita mempunyai banyak sumber daya alam yang melimpah.
“Oleh karena itu, untuk mencapai target tersebut,ada 4 industri yang akan dijadikan fokusKEIN. Yang pertama agribisnis, bagaimana kita mengolah bahan baku jadi barang jadi. Kedua, maritim. Ketiga, pariwisata dan keempat ekonomi kreatif. Kita punya banyak anak muda yang bisa dilatih untuk mengembangkan ekonomi kreatif," ungkapnya
Soetrisno yakin, jika pemerintah fokus kepada 4 poin tersebut, ditambah dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, target tersebut akan tercapai dalam 5 tahun ke depan.
"Indonesia punya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah, jadi target 6 persen itu sangat mungkin. Asal kita fokus dan mengembangkan SDM kita," ungkapnya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Drs. Yudian Wahyudi,M.A., Ph.D menegaskan bahwa dampak terbesar dari revolusi industri adalah umat muslim. Kita terpuruk karena telah membuang ekperimental sciences untuk menghasilkan alat produksi. “Teknologi pertanian, pertahanan dan tranportasi belum kita kuasai. Karena umat Islam lemah di bidang sains dan teknologi serta industri, mestinya kita punya aqidah dan menguasai sistem cara produksi” Tutur Yudian.
Yudian mengajak umat Islam harus memahami hikmah peristiwa isro’ miroj kepada Muhammad S.A.W, tentang kemahakayaan Tuhan dari perspektif ekonomi pertanian. Nilai yang terkandung dalam peristiwa tersebut yaitu wudhu dan sholat sujud 34 kali. Salah satu hikmah wudhu adalah menyuruh umat Islam untuk beroreantasi kepada pusat-pusat air, yang berarti kepada ekonomi, perdagangan, kekuasaan dan peradaban. Orang miskin di desa miskin tapi tanahnya merupakan yang terbaik di dunia karena mencari air di sana mudah.
“Sujud sampai 34 kali adalah menyuruh muslim untuk dekat dengan tanah dan air. Berarti agama Islam menyerukan menjadi orang yang paling kaya dari sisi ekonomi dan punya jiwa nasionalis, jika tidak bersifat nasionalis maka tidak paham makna isro’ miroj, tentang wudu dan sholat.” tutur Yudian.(khabib/humas)