Menggagas Kurikulum Pengembangan Studi Agama Terapan Ahmad Muttaqin Dikukuhkan Guru Besar Era Digital


Prof. Ahmad Muttaqin mengatakan, pada setiap event Sosialisasi di sekolah atau madrasah selalu ada yang Tanya mau jadi apa lulusan Sarjana Studi Agama Agama. Biasanya Prof. Ahmad Mutaqim selalu menjawab singkat dan Tegas. Program Studi yang ia nahkodai di Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga ini tidak mencetak tukang

Tetapi menghasilkan alumni yang memiliki keimanan dan keilmuan yang kokok dalam kajian agama-agama baik pada wilayah epistemology (teoritis dan metodologis), ontologis (isi dabn materi-materi kanian), maupun aksologis (kebermanfaatannya di masyarakat dalam kontek dunia yang multiragam). Jawaban itu disampaikan tegas, karena pihaknya telah merumuskan Kurikulum Pengembangan Studi Agama Terapan yang dapat berpacu dengan pesatnya perkembangan sains dan teknologi.

Demikian disampaikan Prof. Ahmad Muttaqin, S. Ag., M. Ag., M.A., Ph.D., mengawali Orasi Ilmiah dalam Rapat Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar, bertempat di gedung Prof. H.M. Amin Abdullah, kampus UIN Sunan Kalijaga, 30/5/2024. Prof. Ahmad Muttaqin., dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN Sunan Kalijaga dalam bidang Ilmu Studi Agama Agama oleh Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga, Prof. Kamsi berdasarkan S.K. Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 119394/B.II/3/2023, Tanggal 17/11/2023. Hadir pada prosesi sidang senat terbuka pengukuhan Guru Besar kali ini antara lain: Jajaran Pimpinan Universitas, Dekanat, Pimpinan Lembaga dan Unit UIN Sunan Kalijaga, civitas akademika, tamu undangan dan kerabat dari Prof. Ahmad Muttaqin.

Lebih jauh Pria kelahiran Gunung Kidul yang sempat menyelesaikan S2 Program Religious Studies, di Florida international University, USA, dan gelar Ph.D., di Western City University, Australia ini memaparkan gagasan kurikulum Studi Agama-Agama dalam delapan konsentrasi lengkap dengan pata kuliah yang mendukung kematangan keilmuan sesuai dengan konsentrasinya. Kedelapan konsetrasi tersebut adalah: Manajemen Keragaman dan Bina Damai antar Umat Beragama (Diversity Management and Peacebuilding) dengan pendukung mata kuliah: Peta keragaman agama di Indonesia, Moderasi beragama, Manajemen keragaman keagamaan, Metodologi penelitian dan advokasi bina damai, Internship/magang pada organiassi lintas agama. Agama dan Kesehatan dengan mata kuliah pendukung: Sehat dalam perspektif agama-agama, Psychotherapy dan spiritual healing, Agama, neuroscience dan Bioethics, Ethno-religio medicine, Magang/internship. Agama dan Bisnis dengan mata kuliah pendukung: Teori-teori agama dan perilaku ekonomi, Etika agama-agama dalam Eonomi & Bisnis, Statistik dan metodologi penelitian keagamaan kuantitatif, Religionomic & Komodifikasi Agama, Mini project. Jurnalisme Damai Keagamaan dan Keadaban Digital dengan mata kuliah pendukung Jurnalistik dan sosial media, Manajemen ide dan content creator, Perdamaian dalam perspektif agama-agama, Keadaban digital dan digital literacy, Magang atau praktik content creator. Managemen Organisasi Nirlaba Keagamaan dengan mata kuliah pendukung: Lembaga-lembaga agama, Manajemen organisasi nirlaba, Filantrofi keagamaan, Networking & Fundrasing, Internsip/magang pada lembaga-lembaga keagamaan. Wisata Religi/ Pilgrimage and Religious Tourism dengan mata kuliah pendukung: Ziarah dalam agama-agama, Agama, makanan, dan ritual, Manajemen wisata keagamaan, Etika ziarah dan wisata, Studi lapangan tempat-tempat wisata religi. Religiometri dan Religious Data Science dengan mata kuliah pendukung: Statistik dan Big Data, Metodologi penelitian kuantitatif bidang keagamaan, Teori-teori pengukuran keagamaan (religiometri), Mini Project. Agama, Konservasi Lingkungan, dan Keragaman Hayati dengan mata kuliah pendukung: Agama dan konservasi lingkungan, Tradisi lokal dan isu lingkungan, Ecotheologi hutan, tani, perkebunan, Biopolitics, Mini riset/Magang.

Sementara itu, terkait dengan outcome lulusan dengan penerapan kurikulum gagasannya, Prof. Ahmad Muttaqin memaparkan beberapa argumen penting dari hasil risetnya. Yakni: Pertama, tujuan pengembangan ilmu adalah terwujudnya kesejahteraan umat manusia baik lahir, batin, moril, materiil maupun spirituil. Studi Agama Terapan (SAT) bagian dari usaha pemenuhan kesejahteraan manusia yang holistik ini. Perspektif keagamaan dihadirkan melalui SAT untuk menguatkan sisi moril dan spirituil terhadap kesejahteraan meteriil yang dihasilkan melalui keilmuan-keilmuan “keras” lainya. Zaman anthroposens (antrophocence), saat ekosistem bumi lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia, penguatan etik dan kesadaran pada problem ekologi merupakan keniscayaan. SAT dapat mengisi sisi etis yang fungsional dalam kehidupan manusia, terutama di saat pertimbangan etik terasa makin diabaikan dalam berbagai sektor kehidupan.
Kedua, integrasi dan interkoneksi antara agama dan ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan. SAT merupakan aplikasi dari Studi Agama-Agama yang integratif dan interkonektif dengan berbagai keilmuan baik sosial, humaniora maupun sains pada dataran praksis sesuai dengan konteks konsentrasi pengembangannya.

Ketiga, SAT merupakan bentuk tanggung jawab para sarjana SAA untuk menghadirkan perspektif etik agama-agama dalam berbagai keilmuan yang tidak hanya pada dataran wacana namun juga praksis-aksiologis. Melaui SAT kajian agama-agama tidak sekedar untuk memenuhi dahaga intelektual dan adu argumen di ruang-ruang diskusi, namun didialogkan secara langsung dengan realitas lingkungan dalam rangka merespon persoalan kemanusiaan seperti “Manajemen Keragaman dan Bina Damai Antar Umat Beragama; Agama dan Kesehatan; Agama dan Bisnis; Jurnalisme Damai Keagamaan dan Keadaban Digital; Manajemen Organisasi Nirlaba Keagamaan; Wisata Religi / Pilgrimage and Religious Tourism; Religiometri dan Religious Data Science; Agama, Konservasi Lingkungan, dan Keragaman Hayati, dll.
Keempat, di tengah kritik tajam kecenderungan cara beragama sebagian masyarakat yang fanatik buta, ekslusif, dan extrim, terutama dari kalangan yang anti agama dan mempromosikan kehidupan sekuler, SAT menjadi instrumen penting dalam menghadirkan praktik beragama yang maslahah dan berorientasi kemajuan. Melalui pemadukan kebenaran, kebaikan dan keindahan nilai-nilai agama dalam satu tarikan nafas, SAT menghadirkan cara beragama yang dewasa, menggembirakan, mencerahkan dan rahmatan-lil-alamin. Kelima, secara kelembagaan SAT dapat dijadikan branding dalam memasarkan Studi Agama-Agama yang masih sering disalahpahami sebagai ilmu yang ngawang-ngawang dan “madesu” (masa depan suram). SAT memberikan bekal keahlian spesifik para Mahasiswa dalam memecahkan masalah yang komplek melalui kemampuan berfikir dan analisis kritis terhadap suatu masalah melalui pendekatan agama sebagai kekuatan problem solver. Kehadiran SAT juga menjadi jawaban terhadap berbagai stigma, cibiran dan kampanye negatif terhadap ilmu ini, sejak masih bernama Perbandingan Agama hingga SAA. Hal tersebut perlu dilakukan sebab masih ada anggapan bahwa PA/SAA berpotensi mendangkalkan aqidah dan iman seseorang, bahkan dianggap sebagai salah satu sarang pemurtadan, demikian tegas Bapak tiga putra Auzi’na Kamaal Fata, Naufal Muwaffaq Muttaqi, Aleedya Azkia Ahmad dari istri Dwi Yahyuning Indah Fajarwati, S.H.I., LLM.

Prof. Ahmad Muttaqin menutup Orasi Ilmiah Guru Besarnya dengan menyampaikan puisi hasil gubahannya sendiri: Ada saatnya Mulut kita tutup, Agar nurani bicara. Ada saatnya Telinga kita tulikan, Agar sukma mendengar. Ada saatnya Penglihatan kita pejamkan, Agar mata hati memandang. Ada saatnya Tangan kita istirahatkan, Agar pikiran bekerja. Ada saatnya Langkah kaki kita hentikan, Agar asa berjalan. Ada saatnya Raga kita rebahkan, Agar jiwa melayang. (Tim Humas)