Menghadapi Era Digital dan Globalisasi, CDCIA UIN Sunan Kalaijaga Siapkan Mahasiswa UIN Hadapi Dunia
Center for Developing Cooperatrion and International Affairs (CDCAI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Cendekia Muda Madani menyelenggarakan InovTalk bertajuk "”Shaping the Future: Kalijaga Muda Siap Hadapi Panggung Global" pada Kamis (5/12/2024). Acara yang berlangsung di Teatrikal Fakultas Sains dan Teknologi kampus UIN Sunan Kalijaga ini diikuti oleh Mahasiswa dari berbagai fakultas, sebagai upaya universitas memperkenalkan wawasan global kepada Mahasiswa.
Wakil Rektor 3, bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama. Dr. Abdur Rozaki dalam kesempatan tersebut hadir dan memupuk motivasi Mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global. Ia menekankan bahwa Mahasiswa tidak cukup hanya memiliki keunggulan lokal, tetapi harus mampu berkiprah di kancah internasional. "Mahasiswa UIN tidak boleh hanya jago kendang, tetapi harus mampu menunjukkan kemampuan dan prestasi di panggung global. Manfaatkan kesempatan yang ada untuk belajar sungguh-sungguh, bertanya, dan mencari bekal yang dibutuhkan untuk naik ke level berikutnya," ujarnya.
Figur yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama ini menambahkan bahwa pengalaman internasional mahasiswa UIN terus ditingkatkan melalui berbagai program kerja sama dan mobilitas global. "Universitas adalah jembatan menuju dunia. Semakin banyak mahasiswa yang berkiprah secara internasional, semakin kokoh reputasi kampus ini," tegasnya. Menurutnya, kekuatan sebuah kampus terletak pada alumninya. "Anda adalah representasi UIN di dunia luar. Maka, ciptakanlah panggung masa depan Anda sendiri. Hanya dengan pengetahuan, Anda bisa menaklukkan tantangan masa depan. Empowering knowledge, shaping the future," pungkasnya dengan penuh semangat.
Sementara itu, Ketua CDCIA UIN Sunan Kalijaga, Dr. Witriani menyampaikan komitmennya untuk terus mendekatkan berbagai program internasional kepada Mahasiswa. "Kami tidak ingin ada jarak antara Mahasiswa dan International Office. Berbagai inisiatif telah kami laksanakan, seperti student mobility dan KISMA yang diadakah oleh universitas dan fakultas setiap tahun. Baru-baru ini, kami juga melepas Mahasiswa untuk mengikuti program KKN di Malaysia," ungkapnya.
Menurutnya, cita-cita besar dan kemauan keras adalah kunci utama untuk menjelajahi dunia. "Bergabunglah dengan program-program ini, dan jadilah warga dunia yang mampu bersaing di level global," tambahnya. Dosen Sastra Inggris Fakultas Adab dan Ilmu Budaya ini juga mengajak Mahasiswa untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan menjadikan UIN Sunan Kalijaga sebagai batu loncatan untuk mencapai mimpi-mimpi besar di panggung internasional.
Adapun Direktur Eksekutif Cendekia Muda Madani, Budi Sugandi dalam sambutannya menyampaikan pandangannya mengenai kondisi dunia saat ini yang penuh tantangan. Ia menyebutkan berbagai konflik global, seperti perang antara Rusia dan Ukraina serta ketegangan ekonomi antara China dan Amerika, yang turut memengaruhi dinamika internasional. Ia juga menyoroti perkembangan pesat teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), yang mampu menyelesaikan pekerjaan yang biasanya memakan waktu berhari-hari hanya dalam hitungan menit.
Alumni Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga menekankan bahwa UIN Sunan Kalijaga telah menjadi modal penting dalam perjalanan kariernya, Baginya, UIN Sunan Kalijaga adalah jembatan dan jendela yang memungkinkan dirinya melihat dunia. Ia juga mengingatkan kepada para Mahasiswa agar tidak merasa minder. Budi yakin bahwa kampus ini mampu melahirkan sumber daya manusia yang luar biasa, yang siap bersaing di kancah global.
Sementara itu Koordinator Pusat Inovasi, Kekayaan Intelektual, dan Hilirisasi LPPM UIN Sunan Kalijaga, Nita Handayani sebagai narasumber menyampaikan pandangannya mengenai tantangan dan peluang di era revolusi industri 5.0. Ia menegaskan bahwa perkembangan teknologi telah mengubah berbagai sektor kehidupan, mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan, yang kini sepenuhnya berbasis digital. Ia juga mengungkapkan bahwa di beberapa negara, pembelajaran di perguruan tinggi telah bertransformasi secara signifikan. "Di luar negeri, Mahasiswa tidak lagi selalu bertemu langsung dengan Dosen. Mereka belajar melalui perangkat monitor dan diarahkan pada analisis yang sesuai dengan bakat dan minat masing-masing," tambahnya.
Nita menyoroti bahwa perubahan ini membawa gejala transformasi di era digital, termasuk kebiasaan belanja yang berpindah dari toko fisik ke platform daring. "Hal ini mau tidak mau harus kita hadapi. Bahkan, 65% pekerjaan di masa depan adalah jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya," ungkapnya. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Ia mencatat bahwa model kerja seperti remote working semakin populer, memberikan fleksibilitas waktu dan penghematan daya, meskipun tantangan seperti miskomunikasi dan kurangnya keterjalinan emosional tetap menjadi perhatian.
Ia juga mengajak generasi muda, khususnya Mahasiswa Gen Z, untuk membuktikan diri sebagai generasi yang mampu beradaptasi. "Gen Z sering dianggap manja dan tidak siap menghadapi tantangan. “Anda harus membuktikan anggapan itu salah. Inovasi, adaptasi, dan keberanian keluar dari zona nyaman adalah kuncinya. Tetap junjung tinggi etika, karena secerdas apa pun Anda, tanpa etika, Anda tidak memiliki nilai lebih," tegasnya. Sebagai bekal menghadapi masa depan, Nita menekankan pentingnya penguasaan keterampilan seperti social skills, process skills, dan complex problem solving.
Narasumber berikutnya, Edgar Radio Habudiro dari ARTBM BSI Yogyakarta, menyampaikan bahwa konsistensi hanya dapat dicapai jika seseorang memiliki mental pantang menyerah. Ia menekankan pentingnya semangat tersebut sebagai fondasi dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan, terutama di era yang menuntut inovasi dan adaptasi. Hal ini tercermin dalam kemajuan Bank Syari’ah Indonesia (BSI), yang berkembang pesat berkat berbagai inovasi yang dilakukan. Edgar menjelaskan bahwa bank syari’ah, yang dahulu sering kali dipandang kolot, kini berhasil melakukan terobosan besar. Inovasi tersebut tidak hanya membawa BSI menjadi salah satu bank terkemuka di Indonesia, tetapi juga mengukuhkan posisinya sebagai institusi keuangan elit di kancah global.
Narasumber lainnya adalah Hamdi Putra Ahmad, S.Ag., M.Phil., alumni Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga sekaligus santri yang berhasil menembus Oxford University, berbagi kisah inspiratif tentang perjalanannya meraih mimpi. Hamdi menuturkan bahwa mimpi besar, seperti keinginan untuk belajar di Oxford, menjadi motivasi utama yang membentuk kebiasaannya sehari-hari. Hamdi juga menegaskan bahwa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi bukanlah proses instan, melainkan sesuatu yang harus direncanakan, diupayakan, dan diperjuangkan secara bertahap. Menurutnya, tekad dan kerja keras merupakan kunci utama untuk meraih mimpi besar. (tim humas)